Keselamatan Berbasis Perilaku (Behavior Based Safety)
19.07sepatu safety - Beberapa besar kecelakaan kerja dan near miss yang menimpa manusia ditempat kerja dikarenakan oleh aspek tingkah laku dari manusia tersebut. Oleh karena itu aspek tingkah laku jadi banyak sorotan utama dari setiap gosip K3 ditempat kerja. Oleh karenanya program-program yang diaplikasikan untuk tingkatkan perform K3 pun harus menyentuh aspek tingkah laku yang setelah itu sering dimaksud dengan Keselamatan Berbasiskan Tingkah laku atau dalam Bhs Inggris di kenal dengan Behavior Based Safety (BBS). Kita mengetahui banyak program-program seperti kampanye BBS, observasi BBS, dan program-program yang lain yang biasanya berbau kampanye, commentary, dan observasi yang terkait dengan tingkah laku pekerja. Tingkah laku yang disebut di sini berhubungan dengan tingkah laku manusia saat bekerja atau berada di ruang kerja yang sangat banyak bergesekan dengan alat-alat kerja, benda kerja, kendaraan kerja, langkah/prosedur kerja, dsb.
Apakah itu tingkah laku?
Menurut Geller (2001), tingkah laku merujuk pada perilaku atau aksi individu yang bisa dilihat oleh orang yang lain. Dengan kata beda, tingkah laku yaitu apa yang seorang katakan atau kerjakan yang disebut hasil dari fikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Tingkah laku manusia menurut Dolores dan Johnson (2005 dalam Anggraini, 2011) yaitu beberapa kumpulan tingkah laku yang dipunyai oleh manusia dan di pengaruhi oleh kebiasaan, sikap, emosi, nilai, norma, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Skinner, merumuskan kalau tingkah laku adalah hasil jalinan pada perangsang (stimulus) dan respon dan tanggapan. Oleh karena tingkah laku ini terjadi melalui sistem ada stimulus pada organisme, dan lalu organisme itu merespon, maka teori Skinner ini dimaksud dengan teori “S-O-R” atau “Stimulus-Organisme-Respons”.
Aspek penentu tingkah laku terdiri atas 2 bagian yaitu aspek internal, yakni karakter orang yang berkaitan yang berbentuk bawaan dan berperan untuk membuat rangsangan dari luar, misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, type kelamin, dsb dan aspek eksternal, mencakup sekitar lingkungan, baik fisik ataupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dsb. Aspek lingkungan ini sering adalah aspek yang menguasai memberi warna tingkah laku seorang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diliat kalau tingkah laku terkait dengan aspek internal seperti fikiran dan emosi dan kebiasaan atau budaya, oleh karena itu ada arti safety culture. Diluar itu dapat juga diliat kalau salah satu aspek internal yaitu pengetahuan sangat berpengaruh pada tingkah laku manusia, karenanya ada program safety awareness untuk tingkatkan kesadaran dan pengetahuan manusia tentang keselamatan. Diluar itu dapat diliat kalau tingkah laku berhubungan dengan aspek eksternal dan stimulus, oleh karenanya program-program yang bisa memberi stimulus pada perllaku pekerja seperti kampanye, observasi, bahkan juga reward dan punishment itu memang harus diaplikasikan.
Bila beberapa besar kecelakaan kerja karena sebab aspek tingkah laku apakah ini bermakna kita harus lebih banyak mengutamakan program K3 pada aspek tingkah laku dari pada aspek desain tempat/system kerja?
Aspek tingkah laku memang penting bahkan juga sangat sangat penting. Namun bukanlah bermakna kita tidaklah perlu konsentrasi ke desain tempat kerja dan tehnologi atau segi engineering untuk safety saat bekerja. Mungkin saja kita malah harus konsentrasi di segi tehnologi atau engineering ini, kenapa? Karena tehnologi sedikit banyak dapat “menutupi” aspek tingkah laku manusia dan perlu diingat kalau ada banyak sekali kekeliruan yang disebabkan tingkah laku manusia dalam system termasuk system kerja. Aplikasi tehnologi yang melibatkan tingkah laku manusia (human behavior) termasuk human factors harus diaplikasikan untuk kurangi kekeliruan yang dikarenakan oleh aspek tingkah laku. Karena seperti yang sudah dijelaskan diatas, tingkah laku terkecuali ditetapkan dari aspek eksternal juga ditetapkan dari aspek internal yang telah menempel pada diri manusia itu. Aspek-faktor internal biasanya berbentuk karakter atau kemampuan seperti kognisi, kecerdasan, persepsi, type kelamin yang bisa menyebabkan tingkah laku manusia yg tidak dikehendaki ketika desain lingkungan kerja lebih dari kemampuan manusia itu. Jadi contoh penambahan desain dan tehnologi pada pesawat luar angkasa dan pada kendaraan sudah banyak kurangi insiden yang dikarenakan oleh human error salah nya ialah karena tehnologi dapat jadi barrier dan dapat menukar beberapa peranan dan pekerjaan manusia yang di rasa punya potensi lebih dari kemampuan manusia seperti pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kecermatan tinggi atau pekerjaan yang berkali-kali atau pekerjaan yang sangat dekat dengan sumber bahaya kerja dsb. Dengan desain ini kekeliruan karena tingkah laku manusia dapat dihindari atau dibatasi dampaknya. Desain yang kita maksudkan di sini pastinya harus merujuk pada hierarki kontrol yaitu eliminasi, substitusi, engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri.
Apakah program-program dengan tujuan BBS itu efisien?
Sebagian orang memiliki pendapat kalau untuk mengampanyekan BBS lebih efisien melalui meeting informal maupun bebrapa percakapan enteng dari pada meeting resmi atau acara kampanye atau workshop resmi. Apakah Kamu sepakat dan memiliki pengalaman sama? Memang sistem sosialisasi BBS itu sangat menantang karena hal semacam ini sangat terkait dengan budaya disiplin dan di orang-orang negara kita masih tetap cukup “baru” dengan safety culture ini dan disadari atau tidak disadari budaya disiplin di negara kita juga masih tetap perlu banyak perbaikan. Namun janganlah cemas, perubahan budaya dan tingkah laku dapat terjadi melalui sistem evaluasi dan penambahan awareness. Sistem evaluasi itu terjadi dengan baik apabila sistem evaluasi itu hasilkan perubahan tingkah laku yang relatif permanen.
Kesimpulannya, tingkah laku manusia sangat berperan dalam perform K3 ditempat kerja. Karenanya program untuk tingkatkan Keselamatan Berbasiskan Tingkah laku (Behavior Based Safety) yang efisien harus diaplikasikan jadi salah satu usaha untuk tingkatkan perform K3 ditempat kerja.